"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 14 Mei 2010

Teori Pertukaran dan Behaviorisme George Caspar Homans


Sebelum membahas lebih dalam mengenai Teori Pertukaran, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa teori Pertukaran ini sendiri merupakan salah satu dari 3 teori yang hampir memiliki kemiripan dan hubungan yaitu Teori pilihan rasional, teori jaringan dan teori ini sendiri. Perbedaan mendasar terletak dimana teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada proses pembuatan keputusan individual,dan teori pertukaran lebih kepada menganalisis hubungan sosial. Sedangkan teori jaringan sendiri hampir mirip dengan teori pilihan rasional namun perbedaan mendasarnya adalah teori jaringan menolak adanya rasionalitas dalam perilaku manusia. [1] Dan persamaannya adalah ketiganya berorientasi positivistik.

Teori pertukaran ini sendiri lebih bersifat ekologis dimana adanya pengaruh lingkungan terhadap perilaku aktor serta pengaruh aktor terhadap lingkungannya. Teori ini merupakan akar dari teori pertukaran yang dinamakan behaviorisme, dimana hubungan tadi merupakan dasar dari operant condition. [2] Hal ini kemudian digunakan oleh sosiolog untuk memprediksi perilaku seorang individu di masa depannya, dengan melihat apa yang terjadi di masa lalunya /masa kecilnya. Apabila tindakan individu ini menguntungkan di masa kecilnya, maka kemungkinan besar akan terulang di masa depannya. Dan sebaliknya bila merugikan, maka akan kecil kemungkinan untuk terulang. Maka sosiolog menyebutnya dengan adanya hadiah (stimulus) yang mendukung individu agar melakukan tindakan yang dilakukan di masa kecilnya di kemudian hari dan hukuman untuk mengurangi kemungkinan perilaku terulang.

Asumsi dasar teori behaviorisme Homans dalam melihat masyarakat, adalah melihatnya melalui sifat alamiah dari spesies manusia, atau sifat objektif psikologis manusia. Menurut Homans, sifat dasar dari manusia itu sendiri ialah menginginkan kesenangan yang sebesar-besarnya dan meminimalkan kesusahannya. Begitu juga dalam masyarakat, dimana sifat manusia tersebut mengkonstruksikan dunia sosial dengan manusia sebagai pusatnya. Sifat dasar yang dimaksudkan disini bersifat pertukaran, karena berapa besarnya keuntungan sudah menjadi sifat dasar dari spesies manusia untuk mencari keuntungan yang sebgaian manusia mencarinya melalui altruisme dan yang lainnya melalui keegoisan[3].

Teori Homans ini didasarkan pada dua abstraksi, yang pertama ada dalam karyanya yang berjudul The Humans Group (terbit 1950), dalam buku ini ia berargumen bahwa kelompok manusia merupakan mikrosom dari masyarakat pada level yang lebih besar. Krena itu dengan mempelajari fungsi, struktur, dan hubungan anatara anggotanya dari kelompok maka dapat mengerti tatanan yang lebih besar misalnya organisasi sosial di lingkup besar. Yang kedua diabstraksikan melalui karyanya yang berjudul Social Behavior (terbit 1961), dalam karyanya ini, Homans berargumen bahwa studi tentang kelompok manusia secara teoritis dapat digantikan dengan proposi dari studi tentang perilaku binatang. Studi ini dilakukannya dengan melakukan percobaan pada binatang dan pada spesies manusia yang diberikan stimulus, dan keduanya menunjukkan kesamaan perilaku.Dengan begitu ia melengkapi studinya tentang behaviorisme, karena bagi Homans setiap perilaku manusiadapat dipelajari dengan melihat perilaku sederhana yang didalamnya terdapat hubungan pertukaran. Dalam karyanya ini ia juga mempresentasikan lima proposisi teoritis yang merupakan modifikasi dari prinsip Skinnerian [4] :

1. The success proposisiton, yang menjelaskan bahwa bila setiap perilaku manusia yang mendapatkan imbalan maka ia akan mengulangi kembali perilakunya tersebut.

2. The stimulus proposition, menjelaskan bahwa setiap perlaku yang mendapatkan imbalan maka individu akan melakukan perilaku lain yang serupa dengan perilaku yang mendapatkan imbalan tersebut.

3. The value prosition, menjelaskan bahwa semakin bernilai imbalan yang diberikan pada manusia tertentu, maka semakin sering ia melakukan perbuatan tersebut.

4. The deprivation-satiation proposition, menjelaskan bahwa semakin sering imbalan yang diberikan pada perilaku tertentu, maka akan semakin berkurang pula nilai dari imbalan tersebut untuk individu tertentu.

5. The aggression-approvsl proposition, terbagi dalam dua bagian, yang pertama bila satu individu tidak menerima imbalan yang diharapkan ataupun menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka individu tersebut akan marah dan memperlihatkan perilaku agresif. Yang kedua, bila individu menerima imbalan lebih besar dari yang diharapkan ataupun tidak mendapatkan hukuman yang diperkirakannya, maka individu tersebut akan merasa senang, dan akan berusaha untuk melakukan perilaku tertentu dengan lebih baik lagi, dan hasilnya tentu akan lebih berharga baginya.

Bagi Homans, keadaan masyarakat yang seimbang (ekuilibrium) dan harmonis tidak dapat ditemukan pada institusi sosial atau lainnya melainkan pada perukaran sosial yang dilakukan manusia dan hal ini dapat diprediksikan. Dengan menguasai hal ini, maka dapat mengontrol perilaku manusia dengan suatu perencanaan ataupun desain. Dalam memandang fenomena atau fakta sosial, Homans tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang unik karena tidak menurutnya hal ini tidak lepas dari pertukaran yang merupakan inti dari interaksi sosial antara manusia. Maka ia selalu dan tidak pernah tidak untuk memakai prinsip psikologis dalam menjelaskan masalah sosiologis.

Kritik

Homans menganalisis sosiologi menggunakan proposisi psikologis sebagai acuannya sehingga terlihat bagaimana pentingnya aspek individualis daripada kolektivitas. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, Homans kemudian melihat bahwa apa yang akan individu lakukan di masa depannya dapat diprediksi dengan melihat bagaimana masa kecilnya. Namun Homans hanya melihat perkembangan individu tadi hanya dari aspek apa yang mendukung dan mendorong individu tadi untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan yang sama. Homans tidak melihat bagaimana aspek mental juga berpengaruh di sana, sebagaimana analisis psikologis yang harusnya digunakan.

Homans juga tidak melihat individu yang dalam keadaan terisolasi, karena asumsi Homans adalah setiap individu melakukan interaksi dengan manusia lainnya dan melahirkan apa yang disebut dengan stimulus dan sanksi. Individu yang terisolasi sejak kecilnya akan sulit untuk di prediksi dengan teori Homans ini karena sulit untuk melihat apa stimulus dan sanksi yang di dapatnya.



[1] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. Hal 354-355

[2] Ibid

[3] William Purdue “Sociological Theory”. hlm 133

[4] Ibid hlm 136

Tidak ada komentar:

Posting Komentar