"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 14 Mei 2010

Proses pembangunan yang tidak netral dipandang dari batasan konseptual maupun sejarah konteks perkembangan konseptualnya

Proses pembangunan (development) dimaknai sebagai perubahan sosial yang direncanakan. Pada teori klasik mengenai pembangunan, aktor utamanya adalah negara, walaupun memang tidak terbatas pada negara saja. Selain itu studi-studi mengenai pembangunan pada ranah sosiologi sendiri ditujukan untuk mempelajari intended dan unintended cause dari pembangunan itu sendiri. Menurut saya, konsep dari pembangunan tersebut sangat bersifat ideologis, terutama pada ranah politik dan ekonomi, pembangunan bukanlah konsep yang semata-mata bebas nilai.

Bila kita melihat melalui sejarah perkembangan konseptualnya, teori mengenai pembangunan dikembangkan pada tahun 1940-an dan awal 1950-an ( John Martinussen, Society, State & Market). Kepentingan utama dari teori pembangunan adalah untuk mengetahui penyebab utama dari kemiskinan yang berkelanjutan di negara-negara Dunia-III. Namun studi-studi mengenai Dunia-III sendiri sudah dimulai sejak abad kolonialisasi yang dilakukan bangsa Eropa pada bangsa Amerika Latin, Afrika dan Asia. Tetapi studi-studi tersebut tidak menekankan kepada identifikasi pola dan determinan umum dari perilaku masyarakat Dunia-III, studi pada jaman tersebut lebih kepada deskripsi kondisi lokal tanpa menggunakan kerangka teoritis, perspektif komparatif, dan tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi. Konsekuensinya studi-studi pada jaman kolonialisasi tersebut tidak menghasilkan satu pemikiran dan konstruksi teori.

Pada perkembangannya, teori pembangunan menjadi perspektif khusus yang kemudian menjadi salah satu sub-disiplin dari ilmu ekonomi. Karena itu, tidak berbeda dengan teori-teori ekonomi pada umumnya, teori pembangunan juga mendapatkan akarnya pada teori politik ekonomi klasik yang muncul pada abad 18 dan 19, dan para pemikirnya adalah Adam Smith (The Invisible Hand), Thomas Malthus (The Pessimistic Theses on Population), dan David Ricardo (Land-rent and Distribution Theory, Theory of Comparative Advantages).

Teori pembangunan kemudian mulai memasuki disiplin sosiologi, yang secara komperhensif dikontribusikan oleh Emile Durkheim (Natural Science Model), Karl Marx (Theory Formation in Relation to The Political Economy of Capitalism), dan Max Weber (The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism). Setiap pemikir tersebut berkontribusi terhadap perkembangan aliran pemikiran dan pendekatan yang berbeda pada studi-studi mengenai pembangunan


Bila ditelaah lebih jauh dalam perkembangan konseptualnya, konsep dari pembangunan ini jelas mengarah pada ideologi liberal dimana didalamnya terdapat nilai-nilai seperti liberalisasi, adanya organisasi dan negara yang bertindak sebagai regulator. Nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang tidak terdapat dalam ideologi komunisme, ideologi yang merupakan lawan dari liberalisme pada saat konsep mengenai pembangunan ini berkembang.

Dan bila dihubungkan dengan sejarah perkembangannya, teori pembangunan yang berkembang setelah Perang Dunia ke-II ini memang digunakan untuk menarik perhatian negara-negara jajahan Uni Soviet dan mengurangi pengaruh komunisme, terutama di daerah Eropa Timur, dan bergabung dengan Blok Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar