"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 14 Mei 2010

proses pembangunan Indonesia selama lima dekade terakhir

Ketika membahas mengenai perspektif teoritis pembangunan yang digunakan Indonesia selama lima dekade terakhir, maka akan sangat relevan bila menggunakan teori dari J.J Rostow mengenai The stage of economic growth, dan secara umum teori modernisasi, yang menekankan pembangunan ekonomi sebagai aspek yang penting dalam perubahan sosial, politik, budaya, dan kegiatan ekonomi. Teori Modernisasi juga melihat bahwa masalah pembangunan merupakan masalah penyediaan modal untuk investasi (Harood – Domar) . Gagasan ide ini kemudian dikembangkan oleh Rostow bahwa pembangunan dikaitkan dengan perubahan dari masyarakat agraris dengan budaya tradisional ke masyarakat yang rasional, industrial dan berfokus pada ekonomi pelayanan. Ide ini kemudian melahirkan konsep lima tahap pembangunan Rostow .Ia membagi teorinya tersebut kedalam tiga tahapan: masyarakat tradisional, masyarakat pra-lepas landas, masyarakat lepas landas, masyarakat pertumbuhan dan kematangan ekonomi, dan yang terakhir masyarakat konsumsi. Teori ini menekankan pada aspek-aspek modern yang diidentikkan dengan kemajuan, rasionalitas, dan kerja yang efisien.

Perspektif umum Teori modernisasi memandang pembangunan merupakan kerja secara Internasional yang didasarkan pada teori keuntungan komparatif yang dimiliki oleh setiap negara mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimilikinya. Secara umum, di dunia ini terdapat dua kelompok negara : 1) negara yang memproduksi hasil pertanian ; 2) negara yang memproduksi barang industri. Antara kedua kelompok negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori di atas saling diuntungkan. Tetapi setelah beberapa puluhan tahun kemudian, tampak bahwa negara-negara industri menjadi semakin kaya sedangkan negara-negara pertanian semakin tertinggal. Ini kemudiaan melahirkan dua kelompok negara yaitu negara-negara miskin yang biasanya meruapakan negara pertanian dan negara-negara kaya yang biasanya adalah negara industri. Teori Modernisasi lebih melihat bahwa kemiskinan ini disebabkan oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negeri negara yang bersangkutan.
Pembangunan sendiri mempunyai dua unsur utama yaitu masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi, serta masalah manusia yang menjadi pengambil inisiatif yang menjadi manusia pembangunan. Pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material tetapi pembangunan juga harus menciptakan kondisi-kondisi yang membuat manusia bisa mengembangkan kreatifitasnya. Teori Modernisasi mendasarkan selain pada faktor-faktor material sebagai penyebab kemiskinan juga faktor manusia yang ada di dalam negara itu sendiri.

Untuk itu maka negara-negara miskin yang kemudian di petakan dalam negara dunia ketiga dalam perspektif teori modernisasi harus mendapatkan perhatian dari negara maju, dan negara maju harus berupaya menciptakan replikasi model pembangunan bergaya liberal untuk diadopsi negara-negara dunia Ketiga.

Jika dihubungkan dengan pembangunan di Indonesia, maka dapat dilihat bagaimana teori dari Rostow tersebut diterapkan, yaitu dengan adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang diwujudkan pada masa Orde Baru dengan adanya PELITA I – V. dimana PELITA I yang menekankan pada pembangunan pertanian, PELITA II menekankan kepada substitusi barang impor, dan sterusnya. Salah satu pencapaian terbaiknya pada zaman itu adalah dengan Indonesia yang berhasil mencapai swasembada pangan (walaupun terdapat beberapa yang mengatakan bahwa Indonesia hanya swasembada Beras). Kemudian beberapa program lainnya yaitu: Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), P2KP dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), merupakan contoh model replikasi kebijakan liberal dalam menangani kemiskinan. Pemerintah Indonesia menggunakan prinsip trickle down effect yang melihat bahwa proses pelipatan modal atau keuntungan akan terdistribusi kepada kelompok-kelompok di bawahnya. Seperti program dengan setiap masyarakat dibentuk kelompok, diberi modal, motivasi berwirausaha, kapasitas manajerialnya ditingkatkan, aktivitasnya didampingi, serta dikontrol kinerjanya, namun ini menjadi kontradiktif pemerintah giat membantu permodalan UKM ( -, Analisa Permasalahan Kemiskinan di Indonesia Dalam Perspektif Teori Modernisasi dan Dependensi).

Pembangunan di Indonesia selalu diukur dengan adanya pertumbuhan pada bidang ekonomi yang menyebabkan Indonesia gencar dalam mengejar FDI ( Foreign Direct Investment) (Didin S.Damanhuri, Model Pembangunan Plural Bagi Indonesia : Jalan Baru Pasca Neoliberalisme). Investasi asing ini ditujukan terutama untuk membiayai pembangunan sarana fisik. Dan pada jaman Orde Baru, kepercayaan investor tetap dijaga dengan menggunakan kekerasan militer untuk mempertahankan stabilitas politik Indonesia saat itu. Semua hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi terhadap negara-negara maju.

Selain itu, salah satu yang menunjukkan penerapan dari teori modernisasi dalam pembangunan di Indonesia adalah adanya upaya homogenisasi pada segala aspek kehidupan masyarakat. Misalnya saja dalam hal hukum, semua masyarakat Indonesia dipaksa memakai hukum formal, penggunaan hukum formal ini dapat menghilangkan keberadaan hukum adat. Kemudian dalam bidang sosial budaya, dimana masyarakat Tionghoa dipaksa bergabung kedalam adat kedaerahan, sehingga masyarakat Tionghoa dilarang merayakan tahun baru Cina.

Homogenisasi juga dilakukan dalam hal administrasi daerah, penggunaan istilah-istilah seperti kampung, desa, dusun yang membagi administrasi kedaerahan kedalam beberapa tingkatan. Yang menarik dari penggunaan istilah-stilah ini adalah istilah-istilah tersebut merupakan istilah Jawa, sehingga proses homogenisasi ini dapat juga disebut Jawaisasi-Indonesia. Model pembangunan ini kebanyakan diterapkan pada jaman Orde Baru dan tetap terwariskan setelah masa reformasi.

1 komentar: