"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 14 Mei 2010

Pemikiran Evolusi Masyarakat Herbert Spencer dan Emile Durkheim


Herbert Spencer

Herbert Spencer adalah salah seorang sosiolog asal Inggris yang amat terkenal dengan teori Evolusinya. Berakar dari teori evolusi Charles Darwin, Spencer yang sangat konservatif pada perkembangan pemikirannya kemudian mengeluarkan teori yang dinamakan survival of the fittest. Pada dasarnya hampir sama dengan teori evolusi Darwin yang menggambarkan bahwa manusia bagaikan makhluk hidup lainnya di dunia dimana yang kuat itulah yang akan bertahan dan yang lemah akan menemui ajalnya. Namun Spencer melihat kalau teori ini hanya akan berjalan apabila terjadi secara alamiah,yang berarti dalam konsep tadi dikatakan bahwa makhluk itu benar-benar kuat atau lemah apabila ia benar-benar mampu bertahan hidup dan berkembang tanpa unsur atau bantuan dari makhluk hidup lainnya. Jadi benar-benar kuat atau benar-benar tertindas tanpa adanya pihak lain. Sehingga terlihatlah mana yang layak untuk bertahan serta mana yang tidak layak dan menemui ajalnya. Inilah yang akhirnya menyebabkan Spencer juga disebut sebagai seorang Darwinis Sosial. [1] Pemikiran konservatif Spencer ini didapatkan dari Auguste Comte yang juga seorang konservatif dengan hukum tiga tahap evolusinya dan menyatakan bahwa perubahan secara alamiah lebih baik daripada mengadakan revolusi yang hanya akan membawa kekacauan di dunia yang sudah cukup kacau.[2] Perbedaan besar antara Comte dan Spencer juga terdapat pada bagaimana Comte menjelaskan teori evolusi sosialnya yang lebih mengutamakan perubahan intelektual, sedangkan Spencer sendiri lebih berfokus kepada evolusi di dunia yang sebenarnya. Bagaimanapun pemikiran Spencer ini membawa dimensi biologis kepada ideologi dominasi.

Bagi Spencer, evolusi merupakan suatu hal yang alamiah dalam segala komponen kehidupan di bumi. Perubahan terjadi dari homogen menjadi heterogen dari yang sederhana menjadi kompleks. [3] Dan juga dalam evolusinya tersebut, selain terjadi perubahan juga terjadi apa yang disebutnya natural selection (seleksi alam), dimana individu dan masyarakat berjuang untuk tetap eksis dengan menyingkirkan lainnya (survival of the fittest). Hanya dengan begitu masyarakat dapat menuju kearah yang lebih sempurna. Disisi lain Spencer juga melihat bahwa masyarakat itu sendiri juga akan berkembang menuju keadaan moral yang ideal atau sempurna. Dengan pernyataan ini, kemudian yang memperkuat bahwa Spencer menolak diadakannya revolusi, menentang adanya campur tangan pemerintah kepada rakyatnya kecuali untuk melindunginya dan diadakannya reformasi sosial.

Menurut Spencer, masyarakat adalah superorganik, yang terorganisasi sama dengan tubuh dari makhluk organis. Setiap bagiannya akan menjadi dewasa, dan bagian yang tidak berguna akan tereliminasi dan pada akhirnya akan mencapai keadaan ekuilibrium.

Teori evolusi Spencer memiliki dua perspektif besar di dalamnya. Pertama adalah mengenai peningkatan jumlah masyarakat yang berasal dari penyatuan kelompok-kelompok di dalam masyarakat itu. Ini yang menimbulkan diferensiasi fungsi yang makin tinggi dan juga menimbulkan struktur yang luas. Dan selanjutnya kelompok-kelompok yang telah berdampingan berubah lagi melalui penggabungan. [4] Spencer juga melihat perkembangan masyarakat yang telah terjajah sebelumnya. Masyarakat yang terjajah akan berkumpul dan menjadi satu untuk melakukan peperangan dan melindungi negaranya ataupun menyerang negara lain. Perubahan yang terjadi pada masyarakat militan ini kemudian berevolusi menjadi masyarakat industri, yang terbangun atas dasar kesamaan nasib setelah peperangan yang dialaminya sehingga yang ditekankan dalam perubahan masyarakat ini adalah moralitas yang makin membaik. Menurut Spencer, apabila salah satu anggota masyarakat tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan keadaan ini, maka ia akan musnah dan yang mampu menyesuaikan diri itulah yang akan bertahan.

Dengan kerangka berpikir seperti ini maka Spencer menaruh dirinya pada posisi pada militerisme dan industrialisme[5]. Militerisme, menurut Spencer merupakan cerminan dari sifat dasar manusia, dan sesuai dengan teori evolusinya dimana yang lemah akan dikalahkan oleh yang kuat, dan juga menurut Spencer proses tersebut tidak hanya melalui jalan damai saja, tetapi dapat juga dilakukan melalui kekerasan. Salah satu contoh dari pemikiran ini yang paling nyata adalah paham chauvinis yang pernah diterapkan Jerman pada masa Hitler. Saat itu NAZI yang dipimpin Hitler melakukan pemurnian ras Arya dengan memberantas Yahudi yang dikenal dengan Holocaust. Dengan adanya militerisme maka akan memungkinkan masyarakat untuk mencapai integrasi yang lebih baik. Kemudian akan mudah untuk mengembangkan industri pada masyarakat untuk berlanjut kepada perdamaian. Pada saat terjadi perdamaian tersebut maka akan memungkinkan bagi individu untuk pindah secara bebas dan menjalin hubungan sosial dengan siapapun. Namun hal ini (militerisme, industrialisme dan perdamaian) tidak akan tercapai bila tidak melalui evolusi masyarakat ketahap yang lebih seimbang (ekuilibrium).

Emile Durkheim

Emile Durkheim hidup di masa Perancis yang pada saat itu sedang mengalami kemerosotan moral. Maka Durkheim berusaha mencari suatu terobosan agar dapat menyatukan masyarakat Perancis melalui suatu pendidikan moral yang di ajarkan di setiap institusi pendidikan. Durkheim berargumen, dengan adanya suatu pendidikan moral maka masyarakat di Perancis dapat memadu kehidupan sosial mereka. Inilah yang menjadi kunci mengapa Durkheim sangat konservatif dan mengutamakan adanya suatu keteraturan dalam masyarakat melalui solidaritas atau integrasi. Untuk dapat mempelajari pendidikan moral, maka Durkheim menggunakan metode ilmiah sama seperti mempelajari ilmu alam. Walaupun hidup di jaman di mana sosialisme Perancis begitu kuat pengaruhnya, Durkheim tidak sepenuhnya setuju dengan konsep ini. Menurut dia, Sosialisme dapat membuat moralitas dalam suatu masyarakat menjadi tinggi namun Durkheim tidak setuju ketika konteks Sosialisme dikaitkan dengan suatu kekerasan. Dengan adanya tingkat moralitas yang tinggi, maka cita-cita Durkheim untuk membentuk suatu masyarakat yang ajeg, teratur, dan bebas konflik akan tercapai dengan sendirinya.

Seperti pemikiran Spencer dan Comte, Emile Durkheim juga memiliki pemikiran mengenai evolusi dari masyarakat, yaitu dari masyarakat yang solidaritas mekanik yang primitif dimana komunitas yang homogen hidup bersama tumbuh menuju solidaritas organis yang semakin heterogen, setiap orang lebih individual, dan hubungan sosial yang terjalin didasari kebutuhan dasar tiap orang. Di karyanya The Division of Labor in Society (1893-1964) ia menyimpulkan bahwa masyarakat dipersatukan terutama oleh fakta sosial berupa ikatan moralitas bersama yang disebut juga kesadaran kolektif. Durkheim mencoba untuk menjawab mengapa masyarakat dengan keberagamannya tetap bisa hidup bersama? Jawaban yang diberikannya menjadi bagian dari fungsionalismenya.

Ia beragumen bahwa keadaan seperti meningkatnya kepadatan populasi yang berasal dari imigrasi, pertumbuhan penduduk dan semacamnya menekan “jarak sosial” antara individu dengan hal lain seperti contohnya alat transportasi dan telekomunikasi yang merupakan kebutuhan sehingga memunculkan kompetisi untuk memenuhinya. Kompetisi yang terjadi pada akhirnya memunculkan “division of labor” sehingga menjadi jalan pemenuhan kebutuhan masing-masing individu dan Durkheim merasa dengan menekan kompetisi dan meningkatkan kerja sama secara individual ini kebutuhan tetap dapat dipenuhi dan individu yang berbeda-beda dapat hidup berdampingan[6]. Adanya sistem pembagian kerja tersebutlah yang dimaksudkan Durkheim sebagai evolusi masyarakat. Perubahan dari solidaritas mekanik menjadi solidaritas organik, dimana dalam solidaritas ini masyarakat seperti sebuah sistem organ yang terdiri dari su-suib sistem yang masing-masingnya mempunyai fungsi dalam menjalankan sistem organ tersebut.

Kecenderungan sama yang muncul dari pemikiran Spencer, Comte dan Durkheim adalah melihat masyarakat sebagai organisme yang oleh Spencer memusatkan perhatian pada struktur masyarakat secara menyeluruh, dan juga mereka berdua sepakat bahwa hal yang menyebabkan diferensisasi sosial terjadi adalah meningkatnya kepadatan sosial yang menyebabkan meningkatnya kompetisi untuk sumber daya, hanya saja Durkheim lebih menekankan hal ini secara lebih eksplisit. Durkheim dan Spencer juga setuju bahwa solidaritas mekanik lah yang menyebabkan masyarakat tumbuh menjadi lebih kompleks[7]. Hanya disinilah letak perbedaan antara Durkheim dengan Spencer, dimana jika Durkheim melihat bahwa sistem pembagian kerja ada karena adanya kesadaran kolektif dalam masyarakat, sedangkan Spencer melihatnya sebagai sesuatu yang alamiah. Maka Durkheim berpendapat bila kekacauan sosial yang terjadi bukanlah suatu keniscayaan yang terjadi secara sendirinya, dan untuk mengurangi dampak kekacauan itu perlu diadakan reformasi sosial.

Sedangkan pada teori evolusi masyarakat Durkheim, menjelaskan bahwa masyarakat akan berkembang dari homogen menjadi heterogen karena kebutuhan hidupnya. Hal ini yang membuat terjadinya division of labour pada masyarakat sehingga dapat saling memenuhi kebutuhan yang beragam dan hidup berdampingan. Pada teori ini Durkheim menekankan pada tingginya tingkat moralitas sehingga dapat terjadi evolusi masyarakat yang damai.

Kritik

Semasa hidupnya dan dalam mencari gagasannya, Spencer sangat jarang untuk membaca karya orang lain. Mungkin membaca tapi hanya untuk sekedar mencari pembelaan atas karyanya. Menurut Spencer, ide-idenya muncul tanpa sengaja dan secara keseluruhan adalah hasil pemikirannya sendiri. Karena baginya jika ingin membaca dan belajar dari orang lain itu akan mempengaruhi kemurnian dari pemikirannya dan hanya akan merusak karyanya. Ini yang mendasari pemikiran Spencer mengenai evolusi sosial-nya yang menurutnya perubahan itu harus secara alami dan tidak boleh ada intervensi dari orang lain. Ini juga yang akhirnya mendasari kritik terbesar dalam karya Spencer, karena tidak empiris dan tidak ilmiah.

Kelemahan lain dari teori evolusi Spencer adalah ketika ia memasukkan prinsip-prinsip biologi kedalam ilmu sosial, dan ini dilakukannya tanpa bukti yang jelas atau tidak bersifat empiris. Karena itulah analisis masyarakat Spencer lebih mirip dengan analogi daripada penjelasan pada masyarakat. Kelemahan tersebut dapat terlihat bahwa individu dapat berkembang menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti teori Spencer tidak dapat berlaku pada tempat lain yang karakteristiknya berbeda. Sebagai contoh nyata pada kehidupan masyarakat Suku Badui di Jawa Barat. Perkembangan zaman membuat masyarakat disekeliling suku Badui berubah kearah modern. Jika merujuk pada teori Spencer berarti seharusnya suku Badui akan tereliminasi karena tidak dapat mengikuti perkembangan lingkungannya. Tetapi sebuah hal lain terjadi pada suku Badui dimana mereka tetap dapat hidup dengan caranya sendiri tanpa mengikuti perkembangan lingkungannya. Dalam lingkup yang lebih luas hal yang sama terjadi pada nagara Kuba. Walaupun mendapat intervensi dari Amerika sampai embargo dalam berbagai bidang, tetapi Kuba tetap bertahan tanpa harus mengikuti perkembangan linkungannya.

Kritik juga muncul pada teori evolusi masyarakat dari Spencer dan Durkheim, dimana mereka berdua menganggap dalam pertumbuhannya, masyarakat berkembang secara linear, dari solidaritas mekanis sampai ke masyarakat kompleks yang terdapat sistem pembagian kerja. Kenyataannya evolusi masyarakat tidak selalu bersifat linear, di saat masyarakat dibanyak belahan dunia berkembang, ternyata masih banyak suku daerah pedalaman yang mempertahankan gaya hidupnya dengan solidaritas mekanis, bahkan ada dari mereka yang menolak masuknya teknologi modern. Cotohnya suku-suku di pedalaman papua.

Dukrheim juga melupakan sifat dasar individu yang selalu ingin berkompetisi untuk menjadi superior dalam konsep division of labour. Beragamnya kebutuhan individu membuatnya berusaha untuk memenuhinya dengan cara apapun. Hal ini membuat terjadinya konflik, berarti terdapat kekeliruan pada teori Durheim. Sebuah contoh seperti konflik yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan Madura. Konflik terjadi karena memperebutkan sebuah sumber daya yang dapat memenuhi kebutuhannya yaitu ekonomi. Sehingga apa yang dikatakan Durkheim bahwa masyarakat berubah dengan damai tidak terbukti.



[1] Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. Hal 48

[2] Ibid.hal 19

[3] Purdue, William. Sociological Theory. Hal 59

[4] Ibid. Hal 51

[5] Purdue, William. Sociological Theory. Hal 60

[6] Jonathan . H Turner, hal 82

[7] ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar