"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Kamis, 27 Mei 2010

Inovasi Permainan Tradisional

Pendahuluan

Permainan tradisional merupakan permainan yang menjadi simbol atau memiliki ke-khas-an pada setiap daerah. Permaian tradisional ini tampil pada setiap daerah dengan jenis, versi serta varian yang berbeda-beda. Pada masyarakat Sunda-Bogor dikenal permainan tradisional seperti : gobak sodor/galasin/galah asin, yoyo, congklak, dan gasing. Dahulu kala, permainan ini sering kali dimainkan oleh anak-anak maupun remaja dari masyarakat Sunda-Bogor dan bahkan menjadi permainan yang wajib dilakukan.

Pada dasarnya manusia adalah mahkluk bermain (homo luden). Bermain tidak dapat dilepaskan dari aktualisasi dan ekspresi seseorang. Permainan anak tradisional merupakan hasil budaya daerah yang mengandung nilai-nilai edukatif, terapis, rekreatif, normatif, kreatif, dan lain-lain yang mengajarkan pada penanaman nilai-nilai edukatif. Selain itu juga merupakan warisan yang disosialisasikan secara turun temurun.

Bebagai dampak, fungsi, maupun manfaat dari permainan anak tradisional sebenarnya dapat digunakan sebagai media edukatif yang paling ampuh dalam menanamkan nilai-nilai moral, kepedulian sekitar (simpati dan empati) serta transformasi pengetahuan. Bahkan pada masa revolusi permainan anak juga menjadi salah satu media perjuangan bagi anak-anak.
Pada masa Orde Baru, perkembangan anak secara tidak langsung juga menjadi alat kampanye yang ampuh bagi pendidikan pembangunan, dimana mulai muncul permainan rumah-rumahan yang menerapkan sistem KB, dokter-dokteran, insinyur-insinyuran, atau permainan lainnya yang merepresentasikan berbagai profesi sebagai tujuan dan cita-cita pembangunan. Dari sini anak akan mulai belajar terhadap apa isi yang ada dalam permainan tersebut yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak.

Nostalgia berakhir ketika sampai pada kondisi sekarang. Segala permainan anak tradisional yang sarat nilai edukatif tersebut tidak lagi ditemukan di Nusantara terutama belantara kota. Semua yang berbau tradisional terlah digusur oleh permainan modern, dari komputer dengan multiplayenya, sampai playstation seri 2.

Namun, sekarang ini banyak permainan rakyat yang telah mengalami inovasi. Bentuk-bentuk inovasi tersebut sangatlah beragam, dan disebabkan pula oleh beragam faktor yang melatarbelakanginya.[1] Bentuk inovasi permainan rakyat yang umum terjadi adalah inovasi dari material peralatan bermain, inovasi tempat atau lahan untuk bermain, dan inovasi tata cara permainannya, misalnya mengenai lagu ataukah pantun yang dilantunkan dalam proses bermainnya, dan sebagainya.

Berdasarkan fenomena yang terjadi tersebut, munculah beberapa pertanyaan yang menjadi dasar bagi penulis, yaitu: bagaimana fenomena inovasi terhadap permainan tradisional tersebut dapat muncul pada era sekarang ini bila dikaji secara akademis?

Pembahasan

Untuk membahas fenomena ini, penulis akan menggunakan teori dari Talcott Parsons. teori fungsionalisme strukturalis Talcott Parsons dimulai dengan empat fungsi dalam sistem “tindakan” yang dikenal dengan skema AGIL. Yang dimaksudkan dengan fungsi disini adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem[2]. Fungsi ini menurut Talcott Parsons dibutuhkan oleh semua sistem secara bersama-sama untuk dapat bertahan (survive), meskipun begitu keempat fungsi ini tidaklah nyata melainkan unit analisis yang dipakai Parsons.

Sistem Kultural (Latency)

Sistem Sosial (Integration)

Organisme Perilaku (Adaptation)

Sistem Kepribadian (Goal Attainment)

Gambar 1.1 Struktur Sistem Tindakan Umum

Pada skema sistem tindakan tersebut, dapat dilihat bahwa Parson menekankan pada hierarki yang jelas. Pada tingkatan yang paling rendah yaitu pada lingkungan organis, sampai pada tingkatan yang paling tinggi, realitas terakhir. Dan pada tingkat integrasi menurut sistem Parsons terjadi atas 2 cara : pertama, masing-masing tingkat yanng lebih rendah menyediakan kondisi atau kekuatan yang diperlukan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Kedua, tingkat yang lebih tinggi mengendalikan tingkat yang berada dibawahnya.[3]

***

Dengan menggunakan teori ini, maka dapat dibahas mengenai inovasi yang terjadi pada permainan tradisional, khususnya pada permainan tradisional masyarakat Sunda-Bogor.

Terjadinya inonasi terhadap permainan tersebut pada level makro dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk fungsi adaptasi yang dilakukan oleh sistem masyarakat dalam rangka mempertahankan permainan tradisional yang dapat digolongkan kedalam hasil kebudayaan. Hal ini harus dilakukan karena dapat menjaga keutuhan atau kestabilan dari sistem itu sendiri, jika inovasi terjadi maka akan terjadi ketimpangan pada permainan yang dilakukan oleh masing-masing individu karena mereka hanya akan memainkan permainan yang sifatnya lebih global, seperti palystation. Karena itulah kemudian permainan tradisional direproduksi kembali pada tubuhnya sendiri dalam material peralatan bermain, tempat atau lahan untuk bermain, dan tata cara permainannya, dalam konteks ini adaptasi yang dilakukan kemudian kebanyakan dialihkan kedalam komputer, dimana pada jaman sekarang ini banyak sekali ditemukan permainan tradisional khusunya congklak, galah asin, dll, dikemas dalam bentuk software sehingga lebih efektif dan efisien.

Sedangkan pada level mikro, tindakan individu yang melakukan inovasi terhadap permainan tradisional ini dapat dikategorikan kedalam tindakan pada level kultural sebagai level tertinggi dalam tindakan individu. Tindakan pada level kultural ini ditopang oleh organisme perilaku dan sistem kepribadian, dimana yang dimaksud dengan organisme perilaku disini bertujuan untuk mengadaptasikan permainan tradisional pada lingkungan masyarakat Sunda-Bogor yang sudah mulai global. Sedangkan sistem kepribadian disini menopang tindakan pada level kultural karena menyediakan ruang sebagai tujuan dari individu-individu yang melakukan inovasi tersebut dalam melakukan tindakannya

Penutup

Dengan adanya kedua hal tersebut maka fenomena inovasi terhadap permainan tradisional dapat diakatakan untuk menjaga kelangsungan ataupun menjaga eksistensi daripada dirinya sendiri, dalam hal ini permainan tradisional. Adanya inovasi ini mengatasi permasalahan dari permainan tradisional, yang sebelumnya menjadi masalah untuk dimainkan, seperti: pertama sarana dan tempat bermain tidak ada, kedua adanya penyempitan waktu, terlebih lagi semakin kompleknya tuntutan zaman terhadap anak yang semakin membebani, ketiga terdesak oleh permainan modern dari luar negeri dimana tidak memakan tempat, tak terkendala waktu baik itu siang hari, pagi, sore ataupun malam bisa dilakukan, serta tidak perlu menunggu orang lain untuk bermain.

Namun dari sisi lain, adanya inovasi terhadap permainan tradisional terutama kedalam bentuk software ini menghilangkan versi dan varian yang terkandung didalamnya. Keunikan dan ke-khas-an yang terdapat dalam permainan tersebut yang membedakannya dengan permainan tradisional dari daerah lainnya menjadi hilang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari inovasi permainan tradisional ini. Permainan-permainan tersebut kini menjadi sesuatu yang saklek, mempunyai peraturan, gaya, dll, yang sama meskipun dimainkan pada daerah yang berbeda.



[1] Inovasi Mulai Terjadi. DR. Arif Budi Wurianto, Msi. Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang

[2] George Ritzer dan Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Modern (2007). Hlm. 121.

[3] George Ritzer dan Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Modern (2007). Hlm. 123.

1 komentar: