"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 14 Mei 2010

sosiologi formal Simmel

Bila kita ingin mengetahui apa yang dimaksudkan Simmel dengan sosiologi formalnya, maka kita harus mengerti apa yang dimaksudkan Sosiologi oleh Simmel. Bermula dari penjelasan mengenai masyarakat menurut Simmel, dia menjelaskan masyarakat sebagai interaksi (Sosciety as Interaction)[1], kumpulan dari berbagai bentuk interaksi yang terjadi di dalamnya dan terjadi dalam suatu pola yang sudah mapan, itulah yang menjadi inti dari suatu masyarakat. Maka sosiologi sebagai ilmu harus dapat mempelajari secara sistematis bentuk-bentuk dari interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Kemudian Simmel berpendapat bahwa dalam suatu bentuk dari interaksi jumlah dari individu yang terlibat didalamnya mempengaruhi pola interaksi tersebut. Misalnya dalam suatu kelas yang hanya terdiri dari pengajar dan 13 orang pelajar akan berbeda polanya dengan interaksi yang terjadi pada kelas umum yang biasanya dihadiri banyak pelajar. Pandangan seperti ini biasa disebut dengan nominalism. Dalam mempelajari masyarakat, Simmel mempunyai kesamaan dengan Weber, yaitu memulainya dari level individu, hanya saja Simmel membedakan interaksi antara bentuk dan isinya, dan Weber melihat pada makna subjektifnya. Karena Sosiologi Simmel membedakan bentuk dan isi dari interaksi, dan menurut dia tidak dapat untuk mengobservasi isi dari interaksi, maka sosiologi dari Simmel hanya mempelajari bentuk dari interaksi karena itu sosiologi Simmel disebut dengan sosiologi formal.

Dalam analisis formal , keistimewaan tertentu dari fenomena konkrit, yang tidak dapat diobservasi kecuali salah satu perspektif di aplikasikan kepada fenomena tersebut, adalah terekstraksi dari realitas. Pada sosiologi modern, konsep-konsep seperti status, peran, norma, dan ekspektasi merupakan elemen dari struktur sosial yang dekat kepada konseptualisasi formal yang dipakai oleh Simmel[2]. Simmel menawarkan beberapa deskripsi pendek dimana bentuk fakta dapat diidentifikasikan, dianalisis, dan sewaktu-waktu dapat dibagi atau dikontraskan dengan bentuk terkait.

Levine mengembangkan beberapa catatan pada bentuk yang didiskusikan Simmel kedalam 3 topik utama: proses sosial, tipe sosial, dan pengembangan pola. Pada proses sosial beberapa bentuk yang dipelajari misalnya perilaku kolektif, formasi kelompok, pembagian kerja, isolasi, asosiasi dari 3 atau lebih individu, konflik, kompetisi, dll.Tipe sosial tidak memfokuskan secara total kepada proses interaksi, melainkan pada peran yang dimainkan dari individu yang terlibat, contoh : mediator,arbitrator, subordinat, penengah, si wanita, si miskin, si pedagang, dan si aristokrat. Perkembangan pola termasuk lebih kompeks dari proses sosial, beberapa contoh adalah diferensiasi sosial, berubah dari lokal ke basis fungsional dari organisasi sosial, berubah dari eksternal atau kriteria mekanikal sebagai basis dari organisasi sosial kepada kriteria yang lebih rasional, dan terpisah anatara bentuk dan isi, dan kemunculan dari bentuk sebagai autonomous[3].

Seperti Marx, Simmel juga mempunyai metode dialetik, dimana dalam dialetiknuya membawa kterikatan dinamis dan konflik antara unit sosial yang dia analisis. Simmel melihat individu sebagai produk dari masyarakat, sebagai hubungan dalam proses sosial. Menurut Simmel individu yang tersosialisasikan selalu tetap didalam relasi dual dengan masyarakat : disatu sisi ada didalamnya, di sisi lain berusaha melawan hal tersebut. Individu pada waktu yang sama, berada didalam sekaligus diluar dari masyarakat tersebut. Dia ada untuk masyarakat, juga untuk dirinya sendiri[4]. Dalam hubungan sosiasi selalu melibatkan keharmonisan dan konflik, cinta dan benci. Simmel melihat relasi manusia sebagai karakterisasi oleh ambivalen, dengan begitu siapapun yang terhubung dalam suatu relasi yang intim cenderung untuk berlabuh pada salah satu, yang tidak hanya postif tapi dapt juga bersifat negatif.

Dalam mempelajari masyarakat Simmel memulainya dengan membedakan antara bentuk dan isi. Simmel kemudian menerapkan geometri, yang dimaksudkan geometri disini adalah menginvestigasi bentuk yang renggang dari objek materil, walau suatu materi tersebut mempunyai isi, proses dari abstraksi geometri termaksud mengabaikan isi spesifik untuk lebih menekankan kepada bentuk dari objek yang sedang di observasi[5]. Dengan mengobservasi bentuk dari interaksi, maka Simmel ingin mencoba untuk mencari hukumyang berpengaruh dalam sebuah masyarakat. Dengan memfokusakan terhadap bentuk dari interaksi daripada tujuannya, Simmel percaya bahwa sosiologi dapat menemukan proses yang menggarisbawahi realitas sosial.

Dari penjabaran tentang metodologi Simmel dalam mempelajari masyarakat, maka dia menemukan adanya hubungan antara jumlah individu dalam suatu interaksi (seperti yang dijelaskan diatas), yang dicerminkan Simmel dalam hubungan dyadik dan triadik, dimana dalam penelitian ini Simmel melakukan eksperimen terhadap sejumlah individu, awalnya berjumlah dua orang, dimana hubungan tersebut bersifat personal, bergantung satu sama lain, karena itu bila terjadi konflik didalamnya hubungan dyadik akan pecah karena tidak ada penengah dan karena adanya tanggung jawab dari salah satu anggota yang telah gagal dia lakukan. Dari sini Simmel kemudian melakukan eksperimen dengan menambahkan satu individu kedalam hubungan dyadik, menjadi hubungan triadik kemudian Simmel melakukan observasi kembali, dan menemukan pola hubungan yang terjadi pada hubungan ini. Pada hubungan triadik ini dapat dicirikan hubungan yang tadinya bersifat personal menjadi impersonal, jika dalam hubungan dyadik terjadi suatu konflik maka hubungan cenderung akan hancur, maka dalam hubungan triadik akan lebih sulit hancur karena adanya pihak ketiga sebagai penengah ataupun sebagai koalisi. Dengan begitu dalam suatu hubungan triadik bila terjadi konflik, maka akan mempunyai beberapa kemungkinan, yaitu : kemungkinan konflik akan terselesaikan melalui penengah, konflik terselesaikan dengan satu pihak kalah[6]. Kemungkinan lainnya adalah pihak ketiga tersebut justru yang menciptakan konflik karena ia ingin agar posisinya menjadi dominan dalam hubungan tersebut[7]. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin kecil jumlah individu dalam suatu kelompok maka semakin besar keterlibatan anggotanya, interaksi menjadi semakin intens, daripada ketika ada lebih banyak anggota dalam kelompok (seperti pada awal tentang jumlah mahasiswa dalam kelas yang mempengaruhi intens interaksi). Ini juga merupakan suatu alasan Simmel mengenai masyarakat, maka anggota didalamnya harus di diferensikan secara struktural, dengan begitu masyarakat mendapatkan integrasinya melalui organ-organ kelompok, dan pemikiran politis dan ideal, dengan bayaran adanya jarak yang baik antar struktur dan individunya.



[1] Turner ang Beeghley, “The Emergence of Sociological Theory, hlm 272

[2] Lewis A. Coser, “Masters of Sociological Thoughts”, hlm 181

[3] Doyle P. Johnson, “Sociological Theory”, hlm 256

[4] Lewis A. Coser, “Masters of Sociological Thoughts”, hlm 183 - 184

[5] Turner and Beeghley, “Emergence of Sociological Theory”, hlm 273

[6] Hasil diskusi bersama One .H di Takor mengenai “Simmel”

[7] Lewis A. Coser, “Masters of Sociological Thoughts”, hlm 187

Tidak ada komentar:

Posting Komentar