"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Jumat, 18 Februari 2011

Kristenisasi Dalam Pandangan Durkhemian

Pendahuluan
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajaklah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu dan ketahuilah, Aku menyertai Kamu senantiasa sampai akhir zaman.
Mathius 28:19-20

Kristenisasi adalah suatu gerakan keagamaan. Gerakan ini muncul akibat kegagalan Perang Salib . Berupaya menyebarkan agama krsiten ketengah bangsa-bangsa di dunia. Terutama di negara dunia ketiga termasuk di Indonesia.Gerakan ini dimulai sejak abad ke-15 Paus di Roma memberi tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik. Kemudian bangsa penjajah pun tertarik untuk menyebarkan ajaran agama Kristen Katholik dengan mengirimkan para misionaris di negeri-negeri jajahannya.
Sejarah Kristenisasi ini dimulai sejak masuknya bangsa Portugis ke Maluku yang saat itu digerakkan oleh seseorang misionaris bernama Franciscus Xaverius(1506-1552), ia merupakan orang Portugis yang menyebarkan agama Kristen Katholik dengan berkeliling ke kampung-kampung dengan membawa lonceng ditangan untuk mengumpulkan orang-orang untuk diajarkan agama. Gerakan ini(Kristenisasi) sempat tersendat karena terbunuhnya Sultan Hairun, yang menyebabkan kebencian rakyat Maluku terhadap bangsa Portugis.
Jatuhnya Maluku ke tangan Belanda kemudian menggantikan kegiatan penyebaran agama Katholik menjadi penyebaran agama Kristen Protestan . Latar belakang Belanda menyebarkan agama Kristen Katholik karena pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan, agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama Kristen Protestan. Sehingga pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah jajahannya. Di Indonesia sendiri, VOC(berdiri tahun 1602), mendapat kekuasaan dan tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen Protestan dengan semboyan “siapa punya negara, dia punya agama”, kemudian VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk masuk agama Kristen Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah dan membiayai upaya menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu para pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan VOC.
Agama Kristen Katholik kembali mendapatkan tempatnya ketika Daendels berkuasa. Daendels memberikan hak yang sama terhadap agama Kristen Katholik dan Kristen Protestan. Pada tahun 1889, gerakan Kristenisasi berlanjut, dimana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891. Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi pelajaran agama. Sehingga pada tanggl 15 Desember 1904, rombongan pertama orang Jawa berjumlah 168 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung yang terletak diantara dua batang pohon “sono”. Tempat bersejarah ini sekarang menjadi tempat ziarah Sendangsono .
Kristenisasi kemudian berlanjut hingga sekarang ini, dan berkembang pesat pada awal abad ke-20, tercatat kenaikan angka penganut agama Katholik dan diangkatnya Uskup Agung pertama di Indonesia pada tahun 1940 yaitu Romo Agung Albertus.

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
Jumlah Umat tanggal 1 Januari 2710 3099 3224 3602 4045 4436 4832 5139 5482
Jumlah KK pada tanggal 1 Januari
Pertambahan a. orang yang dibaptis 38 104 133 209 354 280 283 303 345 277
b. diterima dari gereja kristen
lain tanpa baptis 16 8 2
c. yang pindah ke paroki ini 241 127

Pengurangan a. umat yang meninggal 11 19 12
b. umat yang pindah ke paroki lain 77 27 112
Jumlah umat pada tgl 31 Desember 2710 3099 3224 3602 4045 4436 4832 5139 5482 5637
Jumlah KK pada tgl 31 Desember 802 917 954 1066 1197 1312 1430 1520 1622 1668

Penerima Komuni I 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995
0 58 0 80 64 42 49 40 203 203
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Umat tanggal 1 Januari 5637 5922 6133 6438 6293 6697 7003 7196 7395 7838
Jumlah KK pada tanggal 1 Januari 1668 1663 1722 1910 1961 2062 2173 2204 2432 2643
Pertambahan a. orang yang dibaptis 279 322 304 330 300 341 257 302 290 334
b. diterima dari gereja kristen
lain tanpa baptis 3 6 4 3 20 27 5 4
c. yang pindah ke paroki ini 136 197 12 137 1 233 333

Pengurangan a. umat yang meninggal 24 22 21 34 31 4 7 11 16 23
b. umat yang pindah ke paroki lain 109 84 179 456 22 58 57 98 65 294
Jumlah umat pada tgl 31 Desember 5922 6144 6438 6293 6697 7003 7196 7395 7838 8076
Jumlah KK pada tgl 31 Desember 1663 1722 1090 1961 2062 2173 2204 2432 2643 2722

Penerima Komuni I 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
202 62 57 79 84 74 79 88 79 43

Perkembangan Jumlah Umat di Paroki Kedoya, Jakarta Selatan
Dari data diatas, dapat dilihat jumlah perkembangan umat agama Kristen Katholik di Paroki Kedoya dari tahun 1986 s/d 2005 yang menunjukkan terus menaikknya jumlah umat bila dibandingkan pengurangannya.
Kerangka Teori dan Pembahasan
Dalam pembahasan mengenai agama, Emile Durkheim berargumen bahwa praktek agama terkait dengan konsep sosiologi yaitu cara bertindak yang dipengaruhi fakta sosial, dimana menurut Robert M. Z. Lawang, fakta sosial adalah setiap cara bertindak, fiks atau tidak, yang mampu memaksa individu dari luar, atau setiap cara bertindak yang umumnya berlaku dalam suatu masyarakat tertentu, sekaligus memiliki eksistensinya sendiri dan bebas dari manifestasi individu. Cara bertindak dibagi menjadi dua: fiks (diatur norma yang bersifat eksternal, memaksa dan umum), dan tidak fiks (diatur oleh norma kelompok yang sifatnya sesaat). Secara garis besar, konsep agama menurut Durkheim digambarkan dengan skema sebagai berikut







Bagan Konseptual Agama Durkheim
Bila kita menggunakan kerangka teoritik diatas, maka dapat dianalisis mengenai perkembangan agama Kristen Katholik di Indonesia melalui Kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris sesuai dengan penjabaran diatas.
Kitab Suci (Bible) sebagai benda yang dianggap suci bagi umat agama Kristen Katholik memberitakan adanya kedatangan Juru Selamat yang bernama Yesus Kristus yang merupakan Anak Allah dan turun sebagai manusia untuk menebus dosa manusia. Hal ini dipercayai bagi penganutnya dan menjadi suatu sistem kepercayaan. Dalam Kitab Suci, selain mengabarkan kedatangan Mesias, juga mewartakan mengenai ajaran-ajaran Yesus, pengalaman-pengalaman yang dialami oleh para murid-Nya (12 rasul) yang dimuat pada Perjanjian Baru. Sedangkan pada kitab Perjanjian Lama berisikan mengenai catatan sejarah dan ajaran sebelum datangnya Yesus Kristus.
Pada Kitab Suci juga menjelaskan bahwa penyebaran ajaran-Nya ini perlu untuk dilakukan, dan juga untuk membaptis semua orang dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19-20), ayat inilah yang menjadi dasar dari praktek resmi Kristenisasi oleh para misionaris. Para misionaris juga melakukannya karena menurut Kitab Suci mereka semua disertai oleh Yesus sendiri sampai akhir zaman yang berarti mereka mendapatkan keselamatan pada akhirnya.
Dalam beberapa hal, konsepsi Durkheim mengenai agama dapat menjelaskan mengenai gejala Kristenisasi di Indonesia yang dilakukan oleh para misionaris tersebut. Maka dalam hal ini bagan konsepsi Durkheim dapat dibuat sebagai berikut:







Bagan Konseptual Agama Durkheim yang disesuaikan oleh penulis
Dari bagan ini dapat dilihat bahwa yang menjadi pusat adalah Kitab Suci yang berisikan ajaran mengenai Yesus sebagai Juru Selamat bagi umat Kristen Katholik. Ajarannyapun juga meliputi penyebaran agama Katholik sehingga ajaran inipun menjadi fakta sosial yang mengatur cara bertindak dari para penganutnya dalam hal ini adalah para misionaris yang mengajarkan mengenai agama kepada penduduk Indonesia.
Respon
Meskipun konsepsi Durkheim ini dapat menjelaskan gejala umum mengenai agama, namun konsepsi ini gagal dalam menjelaskan peran dari state (pemerintah) dalam hal penyebaran agama. Durkheim menjelaskan bahwa agama merupakan suatu sistem kepercayaan terpadu dan prakteknya berhubungan dengan benda suci. Namun yang terjadi di Indonesia, praktek tersebut mendapat campur tangan pemerintah pada saat itu, yaitu VOC dan dilanjutkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda.
Dalam penjabaran diatas, dapat dilihat bahwa Kristenisasi sempat terhambat akibat dijajahnya Indonesia oleh Belanda yang kemudian melarang kegiatan agama Kristen Katholik dan menjalankan penyebaran agama Kristen Protestan. Kemudian juga dijelaskan bagaimana praktek ini dapat berjalan kembali setelah Daendels berkuasa. Maka dari sini dapat dilihat mengenai peran pemerintah dalam kegiatan beragama. Hal ini juga merupakan pola-pola umum yang terjadi pada negara-negara yang pernah dijajah, sehingga kebanyakan negara yang pernah dijajah akan memiliki agama, baik mayoritas maupun minoritas, dari negara penjajahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar