"The danger today is in believing there are no sick people, there is only a sick society."
Fulton J. Sheen

Kamis, 27 Mei 2010

“ Varieties of Violence”

“ Varieties of Violence”

Ada tiga kekerasan terjadi di berbagai belahan dunia. Pertama yang terjadi di Amerika barat dimasa koboi yang dilaporkan oleh David Courtwright. Dari hasil laporannya diketahui bahwa ketika kumpulan orang memiliki akses untuk mendapatkan minuman keras, judi, dan senjata maka tindak kekerasan yang terjadi menjadi lebih banyak. Kedua, yang terjadi di Malaysia pada tahun 1976, dimana kaum petani turun ke jalan karena merasa ada ketidak adilan karena ekonomi mereka yang miskin. Mereka melakukan pengerusakan dan penjarahan secara besar-besaran. Di Rwanda pernah juga terjadi pembunuhan besar-besar terhadap suatu suku yang disebut juga dengan istilah genosida. Tiga macam kekerasan ini merupakan bentuk kekerasan kolektif.

Kekerasan kolektif murni diluuar tindakan individu, kerusakan nonmaterial, kecelakaan, tapi yang termasuk di dalamnya adalah jangkauan interaksi yang sangat luas. Dari kekerasan kolektif menghasilkan kerusakan secara fisik pada orang atupun objek benda, melibatkan lebih dari dua pelaku pengrusakan, hasilnya paling tidak berasal dari kordinasi antara orang-orang yang melakukan tindakan kekerasan.

Ide, perilaku, dan interaksi sosial

Ide, perilaku dan relasi dalam masyarakat merupakan tiga dasar utama dalam memahami penyebab dari hubungan antar individu.

- Pada ide terdapat kesadaran yang merupakan basis dari tindakan individu, dimana kepercayaan, konsep, peraturan, tujuan dan nilai dari suatu inndividu memberikan impuls kepada idenya sendiri untuk dapat bertindak. Dari pemehaman mengenai ide ini, maka dapat dibedakan antara kekerasan yang terjadi secara kolektif dan secara individual, karena keduanya terletak pada domain yang berbeda. Maka konsekuensi dari pemahaman ini untuk menghilangkan kekerasan, maka yang harus dihancurkan adalah ide mengenai kekerasan itu sendiri.

- Pada pemahaman perilaku, terdapat otonomi dari motif, impuls, dan kesempatan. Ada juga yang melihat evolusi manusia sebagai dasar dari perilaku agresif individu maupun kolektif, dimana dalam evolusi tersebut juga mewariskan sifat-sifat agresif dari gen sebelumnya. Pemahaman perilaku yang lainnya lebih menekankan kepada ekonomi sebagai basis dari tindakan agresif individu maupun kolektif, yaitu dengan menggunakan cara agresif untuk mendapatkan akses kepada sumber daya. Dengan menggunakan analisa seperti ini, maka pemahaman perilaku sering dikatakan reduksionis, karena kekerasan kolektif disini dilihat hanya sebagai akumulasi dari tindakan individu atau akibat dari gen-gen tertentu.

- Sedangkan pada pemahaman relasi, mengaanggap transaksi antar individu dan kelompok lebih menjadi pusat daripada ide dan perilaku. Inddividu berubah dari dalam disebabkan adanya derajat tertentu dalam negosiasi dan kreatifitas, karena itulah ide menjadi alat, media, dan produk dari perubahan tersebut. Maka konsekuensi dari pemahaman ini adalah melihat kekerasan kolektif tidak terpengaruh dari kecenderungan suatu individu, melainkan lebih kepada proses kolektif. Karena itu menurut pemahaman ini, untuk dapat mengendalikan kekerasan kolektif, maka tidak dapat bertumpu pada penghancuran ide maupun merubah relasi antar individu dan kelompok tersebut melainkan lebih kepada menghilangkan kesempatan, ataupun menekan impuls

Dari ketiga pemahaman tersebut, maka analis secara sosiologis mengenai kekerasan menawarkan kombinasi dari ide, perilaku dan relasi. Dalam Marxis klasik menawarkan adanya kepentingan bersama dari relasi produksi dan melihat kepentingan sebagai hal yang mendasari ide dan perilaku dengan orientasi kepentingan. Dan dalam menganalisis kekerasan, berpendapat bahwa secara umum kekerasan merupakan produk dan juga mempromosikan kepentingan kelas tertentu. Pada paradigma liberal klasik, dalam menganalisi perilaku maka mereduksi perilaku menjadi individu yang memeperhitungkan pendapatan dan pengeluaran, kemudian menghasilkan perilaku tertentu dan interaksi sosial. Pengaruh ide dan perilaku menjadi penting karena keduanya berkonsentrasi dalam berbagai cara dari interaksi sosial yang menyebabkan berbagai macam kekerasan kolektif, dimana terdapat suatu mekanisme rasional, yang didalamnya terdapat transaksi interpersonal, tetapi juga melihatnya sebagai memproduksi efek dalam konjungsi terhadap lingkungan dan mekanisme kognitif.

Dalam buku The Politics of Collective Violence , selain membahas mengenai berbagai macam analisa mengenai kekerasan, buku ini juga memaparkan mengenai berbagai cara dalam mengatasi kekerasa. Salah satunya diberikan oleh National Research Council, yaitu : melakukan intervensi dalam perkembangan biologis dan psikologis individu pada perilaku kekerasan, memodifikasi ruang, dan situasi yang mempromosikan kekerasan, memaksimalkan intervensi polisi yang merduksi kekerasan pada pasar ilegal, memodifikasi peran dari komoditas yang dapat mempromosikan peristiea kekerasan ataupun konsekuensinya, menginterrvensi untuk mereduksi potensi kekerasan pada bias kriminalitas, aktivitas kelompok, dan transisi komunitas, dan terakhir mengimplementasikan inisiatif yang komperhensif untuk mereduksi serangan terhadap partner sendiri . Solusi-solusi tersebut merupakan solusi yang berdasarkan asumsi dari keseimbangan antara impuls individu dan hambatan dari impuls, yang juga memberikan ruang bagi ide, dan secara implisit berpusat pada sebab perilaku. Jika argumen seperti ini benar, maka dengan memberikan percobaan untuk memodifikasi perilaku dengan menempatkan impuls yang lebih baik ataupun menghancurkan ide mengenai kekerasan dapat memberikan efek yang signifikan terhadap mengatasi kekerasan.

Dari pemahaman diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada kinerja dari pemerintah yang mengatur kehidupan dari warganya, karena itu konsekuensinya dapat menimbulkan rezim yang otoriter walaupun dapat mengendalikan kekerasan. Karena itu, timbulah argumen lain dari mereka yang tidak menyetujui pendapat solusi diatas. Mereka meberikan argumen bahwa terkadang kekerasan kolektif berada diluar jangkauan pemerintah , bahkan terkadang pemerintah itu sendiri merupakan bagian dari kekerasan kolektif tersebut. Di saat pemerintah terlibat dalam kekerasan kolektif, maka hal tersebut menjadi spesial dari perdebatan politik. Maka dari sini dapat dilihat penngaruh dari rezim politik pada kekerasan yang terjadi dalam teritorinya. Dari sini dapat digambarkan mengenai masalah dari ketimpangan sosial, yang didalamnya terdapat dua mekanisme fundamental yang terjadi yaitu : eksploitasi, yang bermain pada saat suatu rezim berkuasa penuh terhadap sumber daya karena aksesnya dan mengeksklusikan ‘outsider’ demi keuntungannya; adanya opportunity boarding, dimana saat anggota yang secara kategori terikat pada jaringan yang memiliki akses terhadap sumber daya yang berharga, dan dimonopoli. Disaat eksploitasi dan opportunity boarding bekerja, ketimpangan sosial juga bergantung kepada adaptasi (kreasi dari cara yang mengartikulasikan ketimpangan) dan emulasi (transfer praktis yang relevan, kepercayaan, dan relasi dari satu bagian ke bagian yang lainnya). Keduanya juga mendapatkan keefktivan saat batasan kategorial berkoresponden dengan elemen lain dalam kehidupan sosial dan memberikan seperangkat kepercayaan, praktis, dan relasi sosial yang mendukung. Ketimpangan yang berbasis pada kontrol figur pemerintah menimbulkan kekerasan kolektif secara signifikan, yang dilakukan dalam rangka untuk memperjuangkan ataupun mempertahankan sesuatu, dalam hal ini kekerasan dianggap sebagai suatu cara. Pemerintah biasanya selalu berpihak kepada mereka yang mendapatkan keuntungan dengan adanya ketimpangan karena tiga alasan, pertama, karena penguasa, dan kelas yang berkuasamerupakan figur dari mereka yang memperoleh keuntungan; kedua, karena mereka yang mendapatkan keuntungan mempunnyai cara yang superior untuk mengorganisasi dan mempengaruhi pemerintah; ketiga karena sumber daya pemerintah mengalir kepada pemerintah itu sendiri karena adanya mekanisme dari ktimpangan tersebut. Walaupun kekerasan kolektif selalu terjadi dalam penguasaan dan revolusi, itu lebih sering merupakan hasil dari penggunaan kekerasan oleh pemerintah untuk mempertahankan ketimpangan dari tantangan mereka terhadap kelompok yang dieksploitasi tersebut. Akhirnya yang menjadi cara untuk membuat, mempertahankan, dan untuk menantang sistem pemerintahan yang eksploitatif, dan opportunity boarding adalah tindakan politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar